Assalamualaikum Wr Wb
alhamdulillah kita ketemu lagi setelah setelah hampir sebulan lebih tidak ngeposting blog :P
mungkin
saat ini sedang ngetren joke-joke gak jelas seperti konspirasi
kemakmuran, kontroversi hati, harmonisasi pribadi, atau perekonomi saya
labil. saat ini saya tidak akan membahas tata bahasa yang labil ini,
tapi akan membahas perekonomian yang sedang labil dalam pembahasan yang
sebenarnya, terutama tentang makanan pokok sejuta umat yaitu tahu tempe,
yup benar, duo lauk pauk yang selalu menemani kita makan setiap hari
ini sempat menghilang beberapa hari ini karena mogok produksi oleh
produsen tahu tempe karena harga kacang kedelai yang melambung tinggi
yang biasanya cuma Rp 7000 /kg sekarang mencapai harga Rp9500 /kg.
karena
harga bahan baku yang semakin hari semakin tidak bersahabat saat ini
para produsen tahu tempe melakukan mogok produksi sambil melakukan demo
kepada pemerintah. namun sepertinya pemerintah seakan lebih sibuk
mengurus "persiapan" pencarian calon presiden ketimbang persiapan untuk
melakukan swasembada sembako karena selama ini semua bahan pokok yang
kita makan selama ini (terutama tahu tempe) adalah hasil impor dari luar
terutama dari amerika serikat, sebenarnya tidak apa-apa sih impor jika
ada komoditi yang tidak bisa diproduksi di sini tapi jika semua nya
impor lalu untuk apa sawah-sawah yang kita miliki sejak jaman dahulu
yamg terkenal subur ini? dan yang dirugikan juga kita (para peteni)
karena tak bisa menikmati panen mereka karena kalah saingan dengan
barang impor
sepertinya sudah saatnya untuk melakukan
reformasi sembako, karena kita harus bisa memenuhi kebutuhan dasar kita
dahulu agar kita tidak tergantung sepenuhnya pada negara lain jika
negara tersebut mengalami gagal panen atau apa sajalah istilahnya jika
terjadi masalah dinegara tersebut, kalau bahasa jawanya "ora jagakna
wong liyo" (tidak tergantung sama orang lain), jika seandainya kita
harus impor setidaknya harus jelas pelelangannya atau ganti saja
sistemnya yang selama ini seperti sistem dalam membeli pulsa untuk
internet, yaitu mengganti sistem kuota menjadi sistem tarif, meski
sedikit mahal namun sesuai dengan kebutuhan. serta lupa kita perlu
memperhatikan kondisi sawah yang kita miliki untuk dimanfaatkan
fungsinya sebagai lahan produksi, jangan jadikan sawah-sawah yang subur
menjadi mall atau apartement mewah yang tidak bisa dinikmati semua
golongan.
mumpung masih ada waktu setahun, sebaiknya dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja yang selama ini kacau balau ini :)