assalamualaikum wr.wb
afwam kalau lama tidak update blog, maklum habis ada ujian akhir semester.he..he..he..walaupun dalam kondisi kepepet masih sepat juga buat narsis :v
ngomong-ngomong soal narsis, sebenarnya boleh tidak sih kita narsis?
Narsis sesekali boleh saja namun jika berlebihan itu sih sangatlah berbahaya sekali , marilah kita mengambil hikmah mengenai bahaya narsis melalui sejarah hidup dari abdullah al qashimy (1902-1993), seorang penulis asal arab saudi yang hijrah ke mesir & lebanon, ia seorang penulis buku-buku tentang aqidah namun menjadi murtad & memilih menjadi atheis hingga akhir hayatnya hanya karena ia merasa paling mampu memahami segala ilmu & terlalu membanggakan diri sendiri. beliau dikenal karena kecerdasan dan ketekunannya sebagai mahasiswa pada masanya, namun beliau memiliki sifat narsisme yang berlebihan. Ia menyebut dirinya sendiri sebagai Ibnu Taimiyah di eranya karena dia dianggap oleh publik sebagai ahli dalam setiap bidang ilmu-ilmu agama, mulai dari seorang mufassir, muhaddits, faqih, hingga mu’arrikh. Tapi beliau sering mengatakan hal-hal yang "tidak umum", beliau pernah menanyakan menngenai kewajiban shalat dan pertanyaan yang aneh-aneh mengenai apa saja yang kurang dari agama Islam?
dari pelajaran tersebut marilah kita mengambil hikmah dari kisah ini jika kita membiarkan narsis yang berlebihan bisa menimbulkan kesombongan didalam hati kita hingga menganggap pendapat orang lain hanya angin lalu, ingatlah jika semua kemampuan kita berasal hanya dari Allah semata saja,oke.
afwam kalau lama tidak update blog, maklum habis ada ujian akhir semester.he..he..he..walaupun dalam kondisi kepepet masih sepat juga buat narsis :v
ngomong-ngomong soal narsis, sebenarnya boleh tidak sih kita narsis?
Narsis sesekali boleh saja namun jika berlebihan itu sih sangatlah berbahaya sekali , marilah kita mengambil hikmah mengenai bahaya narsis melalui sejarah hidup dari abdullah al qashimy (1902-1993), seorang penulis asal arab saudi yang hijrah ke mesir & lebanon, ia seorang penulis buku-buku tentang aqidah namun menjadi murtad & memilih menjadi atheis hingga akhir hayatnya hanya karena ia merasa paling mampu memahami segala ilmu & terlalu membanggakan diri sendiri. beliau dikenal karena kecerdasan dan ketekunannya sebagai mahasiswa pada masanya, namun beliau memiliki sifat narsisme yang berlebihan. Ia menyebut dirinya sendiri sebagai Ibnu Taimiyah di eranya karena dia dianggap oleh publik sebagai ahli dalam setiap bidang ilmu-ilmu agama, mulai dari seorang mufassir, muhaddits, faqih, hingga mu’arrikh. Tapi beliau sering mengatakan hal-hal yang "tidak umum", beliau pernah menanyakan menngenai kewajiban shalat dan pertanyaan yang aneh-aneh mengenai apa saja yang kurang dari agama Islam?
dari pelajaran tersebut marilah kita mengambil hikmah dari kisah ini jika kita membiarkan narsis yang berlebihan bisa menimbulkan kesombongan didalam hati kita hingga menganggap pendapat orang lain hanya angin lalu, ingatlah jika semua kemampuan kita berasal hanya dari Allah semata saja,oke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar