Rabu, 07 September 2016

reformasi tahu tempe


Assalamualaikum Wr Wb

alhamdulillah kita ketemu lagi setelah setelah hampir sebulan lebih tidak ngeposting blog :P

mungkin saat ini sedang ngetren joke-joke gak jelas seperti konspirasi kemakmuran, kontroversi hati, harmonisasi pribadi, atau perekonomi saya labil. saat ini saya tidak akan membahas tata bahasa yang labil ini, tapi akan membahas perekonomian yang sedang labil dalam pembahasan yang sebenarnya, terutama tentang makanan pokok sejuta umat yaitu tahu tempe, yup benar, duo lauk pauk yang selalu menemani kita makan setiap hari ini sempat menghilang beberapa hari ini karena mogok produksi oleh produsen tahu tempe karena harga kacang kedelai  yang melambung tinggi yang biasanya cuma Rp 7000 /kg sekarang mencapai harga Rp9500 /kg.

karena harga bahan baku yang semakin hari semakin tidak bersahabat saat ini para produsen tahu tempe melakukan mogok produksi sambil melakukan demo kepada pemerintah. namun sepertinya pemerintah seakan lebih sibuk mengurus "persiapan" pencarian calon presiden ketimbang persiapan untuk melakukan swasembada sembako karena selama ini semua bahan pokok yang kita makan selama ini (terutama tahu tempe) adalah hasil impor dari luar terutama dari amerika serikat, sebenarnya tidak apa-apa sih impor jika ada komoditi yang tidak bisa diproduksi di sini tapi jika semua nya impor lalu untuk apa sawah-sawah yang kita miliki sejak jaman dahulu yamg terkenal subur ini? dan yang dirugikan juga kita (para peteni) karena tak bisa menikmati panen mereka karena kalah saingan dengan barang impor

sepertinya sudah saatnya untuk melakukan reformasi sembako, karena kita harus bisa memenuhi kebutuhan dasar kita dahulu agar kita tidak tergantung sepenuhnya pada negara lain jika negara tersebut mengalami gagal panen atau apa sajalah istilahnya jika terjadi masalah dinegara tersebut, kalau bahasa jawanya "ora jagakna wong liyo" (tidak tergantung sama orang lain), jika seandainya kita harus impor setidaknya harus jelas pelelangannya atau ganti saja sistemnya yang selama ini seperti sistem dalam membeli pulsa untuk internet, yaitu mengganti sistem kuota menjadi sistem tarif, meski sedikit mahal namun sesuai dengan kebutuhan. serta lupa kita perlu memperhatikan kondisi sawah yang kita miliki untuk dimanfaatkan fungsinya sebagai lahan produksi, jangan jadikan sawah-sawah yang subur menjadi mall atau apartement mewah yang tidak bisa dinikmati semua golongan.

mumpung masih ada waktu setahun, sebaiknya dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja yang selama ini kacau balau ini  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar