Rabu, 12 Oktober 2016

yuri - Episode 1


Kicauan burung-burung kecil diatas pohon itu menemaniku dalam renunganku akan masa laluku yang kelam pada pagi ini. Seakan ingin kubuang jauh-jauh kejadian itu yang membuatku malu terhadap diriku sendiri yang lemah tak berdaya pada saat itu.
“ayah,ibu maafkan aku yang lemah ini , kak david , maafkan aku. Karena kelemahanku , kini kamu telah............” tangisku menyesali kejadian yang menghancurkan harga diriku itu.
Tak kusangka jika kini aku sudah berkelana selama 2 tahun berusaha menghindar dari kejaran para pengikut closer dan samiri yang berusaha untuk menangkapku. Setidaknya saat ini aku telah terbebas dari penyiksaan yang keji lagi biadab mereka, kini yang bisa aku lakukan saat ini adalah mencoba memenuhi wasiat terakhir kak david,mencari sahabat terdekatnya, "sang naga baja dari timur" untuk melindungi sekaligus menolongku, inilah awal dari kisah hidupku.
Mungkin kisah hidupku sangat jauh dari kata damai karena memang aku dibesarkan dalam kondisi konflik yang berkepanjangan sejak dulu aku lahir, aku juga tak tahu mengapa dan maksud dari tujuan aku dilahirkan  ditempat ini? entah kapan kekacauan ini akan menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Aku hidup bersama orang tua angkatku dipinggiran kota baitsalim dengan kondisi yang jauh dari makna nama kota kami. Konflik antara penduduk kota yang ingin melindungi tanah kelahirannya dengan penjajah zeo-azral yang terus berusaha mencaplok tanah kami. Aku tinggal bersama mereka karena dulu kedua orang tua kandungku adalah seorang relawan kemanusian dari perserikatan perdamaian sebelum ditembak mati oleh tentara penjajah tanpa alasan yang jelas, ibu dan aku selamat karena ditolong warga lokal .
“allahu akbar, allahu akbar......... ” takbir beberapa pemuda melempari batu pada para tentara itu hingga mereka semua mundur.
“ pergilah kau para penjajah !!!.” ancam salah satu pemuda itu
“apakah kamu baik-baik saja?”
“to..long..., p..perr..ruttt.....ku” jawab ibu kandungku dengan terbatah-bata.
“gawat, air ketubannya !!!” seru  salah satu ibu
“cepat bawa dia ke rumah sakit ” perintah salah satu pria pada para pemuda
pada saat itu aku diceritakan oleh orang tua angkatku jika saat itu aku masih dalam kandungan ibuku selama 8 bulan dalam kondisi sekarat. Ibuku berusaha melahirkanku meski dirinya berada diujung maut, ibu angkatku yang juga orang yang pernah ditolong kedua orang tuaku berusaha menolong persalinannya.
“bagai mana kondisi keduanya?, apakah mereka selamat?”
“alhamdulillah, bayinya selamat , tapi.....”
“tapi kenapa?”
“maafkan aku, nyawa sang ibu........ ”
“innalillahi wa innailaihi rajiun... , lalu bagaimana dengan nasib anak ini?”
“aku juga tidak tahu, tapi sebelum ia wafat, ia ingin jika anak yang ia lahir dinamai dengan nama mereka .”
“memangnya apakah kita tahu nama orang tua bayi ini?”
“sebelumnya ia memberiku sebuah buku,mungkin ini passport mereka ”
“lalu pesan apa lagi yang ia sampaikan padamu?”
“jika anak itu laki-laki maka nama ayahnya yang ia sandang, namun jika perempuan ia ingin nama sang ibu ini yang melekat pada namanya”
“kalau boleh tahu apa jenis kelaminnya?”
“dia bayi perempuan, dia cantik sekali seperti ibunya”
“perempuan, sebentar biar aku mencari nama sang ibu”
“kasihan anak ini, dia telah ditinggal kedua orang tuanya disaat dia membutuhkan kasih sayang  dan perhatian dari mereka”
“alhamdulillah akhirnya aku menemukannya, akhirnya aku tahu siapa nama salah satu orang tua dari anak ini, namanya yuri. ”
“yuri, nama yang cantik, secantik bayi ini.”
Akhirnya aku selamat, aku telah lahir kedunia ini, namun, takdir berkata lain, ibuku meninggal karena pendarahan, sebelum meninggal ia berpesan untuk meberiku nama yang sama dengannya padaku, yaitu yuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar